New On Air Schedule Coming Soon
Select time for
Ditulis oleh:
Gabriela Laras Dewi Swastika, Felita Purnomo, Felicia Audrey
Sebuah social movement biasanya jarang sekali dilakukan berbarengan dengan strategi pemasaran suatu produk. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya visi keduanya cukup berbeda. Namun, keduanya sebenarnya bisa loh kalau dilakukan bersamaan! Tidak percaya? Yuk, simak sampai habis!
Pernah ga sih kalian merasa minder dengan bentuk tubuh kalian atau kalian merasa ada yang aneh dengan penampilan kalian? Kalian tidak sendiri, bahkan semua orang pernah merasa tidak percaya diri dengan penampilan mereka. Netizen juga seringkali mengomentari bentuk tubuh atau penampilan orang lain di media sosial. Karena persoalan ini, di antaranya adalah body shaming dan standar kecantikan perempuan yang tidak masuk akal; seiring berjalannya waktu masyarakat juga mulai menyadari pentingnya body positivity. Bahkan tak jarang brand mulai melakukan berbagai kampanye self-love untuk mencegah social media bullying dan meningkatkan rasa cinta terhadap diri kita sebagai seorang perempuan. Salah satu brand tersebut adalah sebuah high-quality lingerie dengan harga yang terjangkau berbasis di Jakarta Barat, yang bertajuk Nipplets. Dengan visi yang mereka bawa, untuk mengurangi stigma negatif mengenai penggunaan lingerie, mereka hadir dengan kampanye Real People, Real Body (disingkat RPRB) yang berlangsung mulai dari 3 Juli 2019 hingga 23 Januari 2020 dan terbagi menjadi tiga bagian. Kampanye RPRB merupakan buah ide dari Ida Swasti, pemilik Nipplets, mengenai berbagai kasus pelecehan terhadap bentuk tubuh yang terjadi di media sosial, termasuk yang terjadi di Indonesia sendiri.
Gambar 1. Kampanye Real People, Real Body di Instagram @nipplets_official
Sumber: Nipplets, 2020
Dalam kampanye pertama ini, digambarkan melalui dimensi substantif (Lombardo dan Meirer, 2014) dengan menggunakan empat muse (model-ed) yang menjadi representasi ketidaknyamanan dengan bentuk tubuh. RPRB I dapat dikatakan sebagai sebuah kampanye yang sukses karena telah mendapatkan rekognisi dari berbagai media lokal lainnya. Selama kampanye ini juga dapat ditemukan beberapa kesalahan kecil seperti tidak mencantumkan hashtag atau penggunaan #tagar yang terkait dengan kampanye dan kesalahan di copywriting, seperti tidak mencantumkan harga dan detail produk. Pada kampanye keduanya, Nipplets mulai menggunakan istilah “nipplets warrior” untuk followers mereka yang akan menjadi muse. Dalam sudut pandang pemasaran, hal ini dapat menjadi sebuah faktor X untuk meningkatkan brand image dari Nipplets sendiri. Tak lupa mereka juga memberikan shout out pada setiap muse dengan menyebutkan (mention) akun Instagram setiap muse-nya.
Kampanye ketiga Nipplets, dengan tema Positive Vibes bekerja sama dengan @hmns.id untuk memberikan freebies dengan minimum pembelian 500k. Dengan adanya freebies ini, diharapkan konsumen dapat lebih konsumtif (Rice dan Atkin, 2013). Terdapat beberapa perubahan positif mengenai marketing Nipplets pada campaign ketiga ini, yaitu dengan adanya slogan “women empower women” (Dervin and Foreman-Wernet, 2013). Dengan penulisan yang informatif, namun tetap persuasif, kesalahan-kesalahan dalam kampanye sebelumnya juga telah diperbaiki di kampanye ketiga ini. Dari kampanye Real People, Real Body menunjukkan bahwa penggunaan #tagar yang relevan sangatlah berguna untuk menjangkau para calon konsumen yang memiliki ketertarikan mengenai produk tertentu dan sedang mencari produk itu. Kampanye ini juga sukses menggaet perhatian netizen sejak kampanye RPRB pertama, sehingga pada kampanye kedua dan ketiga mereka dapat lebih mempromosikan produk Nipplets. Selain itu, dari seluruh rangkaian kampanye dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kesalahan berupa keterlambatan dalam proses pengiriman pesan-pesan pada masyarakat.
Kampanye ini juga sangat menarik loh jika ditelisik melalui sudut pandang akademia, mulai dari sudut pandang representasi, strategi kampanye, hingga konsep media sosial Instagram. Menarik bukan? Apa kalian tertarik mengikuti jejak Nipplets untuk melakukan social campaign sekaligus memasarkan produk? Tulis komentar kalian di bawah ya!
Sumber: Swastika, GLD; Audrey, F.; & Purnomo, F. 2022. Oktober. Content Marketing Analysis of Body Positivity Campaign on Instagram: Case Study of Nipplets. Channel Jurnal Komunikasi, 10 (2), 133 - 142.
Log in Sign up