New On Air Schedule Coming Soon
Select time for
Penulis: Bunga Feby Nabilla, Patrisia Amanda Pascarina, Monika Teguh
Pemilik media terbesar di Inggris Daily Mail, Lord Northcliffe, berpedoman bahwa
hard news akan merangkul rasa penasaran para pembaca akan tetapi features akan menahan
perhatian para pembaca. Ia merasa selama mengelola Daily Mail, kategorisasi berita yang
tidak aktual atau hard news pasti akan langsung disebut sebagai soft news. Padahal menurut
Northcliffe, semua hard news memiliki pola penulisan yang hampir sama karena memegang
pedoman 5W dan 1H. Sedangkan tulisan features memiliki karakter yang unik dan tidak
monoton.
Dari sudut pandang pembaca, features akan semakin menarik untuk dibaca jika
terdapat keluasan dan kedalam deskripsi dari sebuah peristiwa. Kedalaman tulisan inilah yang
tidak bisa diberikan dalam hard news. Mantan editor The Guardian, Peter Preston,
menyatakan saat ini pembaca “haus” akan tulisan-tulisan dengan kekhususan topik. Mereka
akan mencari tulisan dengan topik yang mereka gemari. Tulisan dengan multi topik ini yang
menjadi ciri dari konten features, salah satunya adalah human interest yang memberikan
nuansa naratif yang kuat dengan tujuan dapat menyentuh perasaan pembacanya.
Sedia Willing Barus dalam bukunya berjudul “Jurnalistik Petunjuk Teknik Menulis
Berita” menyatakan tipe pers di Indonesia adalah pers perjuangan, di mana telah disampaikan
pada awal subbab ini juga, yang penuh dengan pergulatan pemikiran. Oleh karena itu hampir
tidak ada sejarah yang menyebutkan tradisi penulisan features dalam media di Indonesia,
berbeda dengan media internasional seperti Amerika Serikat, India, Jepang, Filipina, dan
negara-negara di Eropa. Hal ini disebabkan pada era perjuangan pers Indonesia, tidak
tersedianya halaman untuk memuat jenis tulisan features karena di masa itu media cetak
hanya memiliki empat halaman sekali terbit. Selain itu, jurnalis era perjuangan tidak memiliki
minat untuk menulis tulisan panjang seperti features karena di masa itu pembaca lebih
membutuhkan informasi yang aktual dengan konten yang akurat dalam bentuk hard news.
Barus melanjutkan dalam bukunya, pada masa itu jurnalis merasa tulisan features tidak harus
ditulis oleh wartawan media massa dan menjadi ruang untuk orang awam membagikan ide
dan gagasannya. Namun sesungguhnya pengalaman investigatif dan kemampuan menulis
yang dimiliki jurnalis lah yang dapat menghasilkan tulisan dengan gaya features.
Tulisan features dapat dikenali dari panjang tulisannya, kira-kira memuat 600-2.000
kata dalam satu artikel. Berbeda dengan hard news, tulisan feature akan dilengkapi juga
dengan macam-macam grafis pendukung, seperti gambar, tabel, grafik, dan ilustrasi. Fitur-
fitur tersebut melengkapi tujuan tulisan features yakni memberi informasi yang menghibur,
mendidik, dan penuturan yang sederhana. Maka dari itu, tema utama tulisan features selalu
mengangkat tentang human interest. Struktur penulisannya juga tidak menggunakan prinsip
piramida terbalik seperti hard news, yang menekankan informasi paling penting pada awal
paragraf, namun lebih mirip penulisan populer seperti cerita pendek (cerpen) dan karya fiksi.
Penulisan features memiliki bagian pembuka, bagian pengembangan (isi), dan penutup yang
mengikuti plot cerita layaknya cerpen. Maka dari itu, beberapa pihak sering menyebut
features sebagai karangan bebas non-fiksi. Meskipun berbeda dengan tulisan berita utama,
features tetap mengandung unsur informatif tentang sejarah, pengetahuan, perjalanan,
tokoh, dan keterampilan tertentu.
Lantas, jika pada masa pers perjuangan dulu jurnalis membebaskan kolom features
untuk ditulis oleh orang awam, bagaimana dengan industri media massa saat ini? Korporasi
media yang besar sudah punya divisi khusus untuk editor dan penulis kolom features untuk
koran harian mereka. Beberapa koran bahkan punya jurnalis yang memang memiliki
spesifikasi topik yang dikuasai untuk membuat tulisan features, namun tidak menutup
kemungkinan juga untuk menerbitkan tulisan features dari jurnalis biasa. Di lain pihak,
korporasi media yang cenderung menengah dan kecil, mereka tidak memiliki divisi khusus
untuk editor dan penulis kolom features. Mereka menugaskan jurnalis harian mereka untuk
mengisi kolom features secara bergantian. Selain itu, kedua jenis korporasi media tersebut
juga membuka kesempatan bagi orang awam untuk menyumbangkan ide dan gagasannya
melalui tulisan dengan bentuk features.
Log in Sign up