New On Air Schedule Coming Soon
Select time for
Ditulis oleh: Louisa Christine Hartanto, S.I.Kom., M.Si. dan Michelle Baby Natalie]
Seringkali kita dihadapkan pada momen yang mengharuskan kita untuk berbicara di depan umum, entah berbicara dalam kelompok, kelas, atau bahkan di hadapan publik yang lebih luas. Setiap orang yang mendengarkan kita, atau yang kita tuju dalam pesan kita disebut dengan audiens. Penerima pesan kita, baik personal/individu maupun publik (jamak), sama-sama disebut sebagai audiens. Sayangnya tidak semua orang dapat menyampaikan pesan dengan baik kepada audiens.
Dalam seri tulisan ABDIMAS kali ini, saya akan memberikan beberapa gambaran mengenai audiens, sehingga selanjutnya Anda dapat menjadi komunikator yang lebih baik dari saat ini. Hal pertama yang harus disadari adalah fakta bahwa proses penyampaian pesan yang baik dan efektif itu dimulai dengan mengenali komunikan atau audiens terlebih dahulu. Jika proses analisis komunikan telah dilakukan, baru sebuah pesan dapat dibentuk. Proses ini tentu membuat prosentase keberhasilan dan efektivitas sebuah pesan meningkat.
Proses analisa komunikan atau audiens yang pertama adalah dengan melihat kondisi demografi, psikografi, geografi, atau behaviour (kebiasaan) mereka. Demografi dalam hal ini meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, suku. Aspek-aspek psikografi seperti agama, gaya hidup, dan nilai-nilai hidup yang mereka yakini. Tempat tinggal, tempat lahir, tempat mereka dibesarkan, bisa menjadi aspek-aspek geografi yang turut menjadi unsur analisa komunikan. Terakhir adalah dengan menganalisa kebiasaan sehari-hari mereka (behaviour). Seperti sarapan setiap pagi, minum teh botol setiap selesai makan, dan lain-lain. Analisis audiens ini nantinya berpengaruh pada banyak hal, mulai dari pesan yang Anda kemas, hingga cara Anda berbicara. Saat Anda tahu bahwa Anda akan berkomunikasi dengan ibu-ibu, tentu pendekatan dan cara berbicara Anda akan berbeda dibandingkan dengan bapak-bapak.
Mari kita ambil contoh sebuah iklan. Saat Anda mendengar produk Teh Botol Sosro, apa yang terlintas dalam benak Anda? Mungkin kebanyakan orang akan mengingat jargon, “Apapun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”. Jargon tersebut adalah bukti bahwa komunikator atau si pembuat iklan menggunakan pendekatan behaviour dari audiens. Behaviour yang digunakan adalah kebiasaan dan kebutuhan audiens untuk makan. Pendekatan lain untuk melakukan analisis audience adalah dengan mengetahui kebutuhan mereka. Seperti pada contoh sebelumnya, bahwa manusia butuh makan. Kita dapat menggunakan pendekatan ini apabila khalayak atau publik yang kita sasar bersifat sangat besar jumlahnya dan heterogen. Maka kita bisa membentuk sebuah pesan dengan menggunakan analisis kebutuhan.
Contoh yang dapat diamati dengan mudah adalah program-program di televisi. Program Mata Najwa yang diasuh oleh Najwa Shihab, tentu memiliki audiens berbeda dengan program Tonight Show yang dibawakan oleh Desta dan Vincent. Perbedaan audiens ini jelas karena adanya perbedaan kebutuhan dari masing-masing audiens. Mereka yang menonton Mata Najwa mungkin adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan terhadap informasi politk atau tertarik dengan isu-isu politik. Sementara mereka yang menonton Tonight Show bisa jadi adalah audiens yang membutuhkan hiburan untuk melepaskan penat.
Demikian materi mengenai mengenali audiens yang cukup mudah untuk dipelajari dan dipraktikkan secara langsung. Materi ini sudah dibawakan dan dipraktikkan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra bersama siswa-siswi SMA Citra Berkat.
Log in Sign up